“Waduh jalan sama dia ..bakal sial ni karna setiap pergi sama ni orang perasaan sial mulu deh”…mungkin inilah yang dikatakan sebagian dari kita bila setiap pergi dengan temannya selalu kurang beruntung atau “sial”. Jika kita termasuk orang yang sebagian itu segeralah istighfar, tobat dan buang jauh-jauh kata “sial” karena dengan mempercayai kesialan itu berarti:
1. Berburuk sangka ke pada Allah SWT dan Allah SWT bisa saja menjadikan hal yang ditakutkan itu terjadi sebagai sebagai hukuman Allah akibat kepercayaannya yang menyimpang itu.
2. Menyalahi syari’at yang diajarkan Rasulullah SAW
Berhentilah berfikir atau berkata tentang kesialan karena berakibat buruk seperti
a. Membuat kita melakukan perbuatan yang dilarang agama
b. Menghilangkan konsentrasi sehingga apa yang dikerjakan hasilnya tidak optimal
c. Menimbulkan rasa takut terhadap sesuatu yang belum tentu terjadi ..parahnya sampai2 tidak jadi melakukan yang ingin dilakukan.
d. Menambah beban psikis, membuat stress dan hilang ketenangan
e. Bisa saja mendapat hukuman langsung dariNya dengan memberikan musibah yang ditakuti kedatangannya.
f. Menzalimi sesuatu atau orang lain karena menjadikan mereka sebagai penyebab sesuatu yang tidak diinginkan.
Yang paling penting adalah
1. meyakini segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah SWT dan tidak ada selain Dia yang dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan.
2. Hanya kepadanya minta perlindungan dari segala keburukan, dan bila mendapati keburukan anggap sebagai ujian atau teguran dariNya berlaku ikhlas dan sabarlah, segera intropeksi diri dan berdo’alah kepadaNya “Ya Allah, tidak ada yang dapat mendatangkan kebaikan selain Engkau, dan tidak ada yang dapat mencegah keburukan kecuali Engkau. Tiada daya dan kuasa selain dengan-Mu.”, karena hanya Dia yang bisa mengganti keburukan menjadi kebaikan.
3. Selalu optimis karena optimis adalah sikap yang dianjurkan nabi. Karena kita adalah apa yang kita fikirkan dan dengan izinNya akan membawa kita pada hasil yang kita inginkan.
4. Dibalik suatu kejadian ada sebuah hikmah yang dapat dipelajari dan diambil manfaatnya.
5. Jika telah datang kebaikan untukmu bersyukurlah atas itu karena Allah SWT akan menambah nikmatnya bagi orang2 yang mensyukuri nikmatnya.
Jadi harus selalu optimis…semangaaat ^_^
Waallhua’lam
Referensi :
Menganggap Sesuatu Sebagai Pembawa Sial
Menganggap adanya pertanda pada sesuatu adalah tradisi kaum Jahiliah yang dihapuskan dan dilarang dalam islam. Diriwayatkan dari Anan bin Malik r.a. bahwa Nabi saw. Bersabda,
“tidak ada penularan penyakit dan tidak ramalan sial, tapi saya suka adalah al-fa’l (perkataan optimis). “ Para sahabat bertanya, “apakah al-fa’l itu?’ Beliau menjawab”Perkataan yang baik.”.(Muttafaq alaih)
Juga diriwayatkan dari Qabishas bin al-Makhariq r.a, ia berkata,” Saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda,“’Iyafah, thiyarah dan tharq adalah termasuk jibt.”(Abu Dawud dengan sanad hasan).
‘Iyafah adalah meramal dengan nama-nama burung, suaranya dan arah terbangnya. Sedangkan thiyarah, makna asalnya adalah meramal dengan burung, lalu digunakan untuk meramal dengan selain burung. Tharq adalah meramal dengam tongkat atau dengan menggaris di tanah. Jibt adalah semua yang disembah selain Allah, dan digunakan untuk menyebut dukun, penyihir, barhala dan sejenisnya.
Diriwayatkan dari Buraidah r.a. bahwa Nabi saw. Tidak pernah menyatakan adanya pertanda buruk pada sesuatu. (H.R.Abu Dawud dengan sanad shahih).
Diriwayatkan dari Urwah bin ‘Amir r.a., ia berkata, “Pada suatu ketika ada seseorang menyebutkan thiyarah di hadapan Rasulullah saw, maka beliau bersabda,
“Yang paling bangus dari itu adalah pernyataan optimis. Ramalan buruk tidak menjadi penghalang bagi seorang muslim untuk melakukan keinginannya. Jika salah seorang dari kalian melihat sesuatu yang ia benci, maka hendaklah ia berkata, “Ya Allah, tidak ada yang dapat mendatangkan kebaikan selain Engkau, dan tidak ada yang dapat mencegah keburukan kecuali Engkau. Tiada daya dan kuasa selain dengan-Mu.”(HR. Abu Daud dengan sanad hasan)
Menganggap sesuatu mendatangkan sial merupakan sikap su’uzhan kepada Allah, sehingga bias saja kesialan yang dia yakini itu benar-benar terjadi pada dirinya sebagai hukuman Allah akibat kepercayaannya yang menyimpang itu.
Semua penjelasan di atas tidak bertentangan dengan hadist Abdullah bin Umar r.a bahwa Rasulullah saw. Bersabda,
“Tidak ada penularan penyakit dan tidak ada ramalan sial, tapi terdapat kesialan pada tiga: kuda, perempuan dn rumah.”(Muttafaq alaih)
Hal itu karena Rasulullah saw. Dalam hadist ini menjelaskan bahwa maksud kesialan di sini adalah kesialan yang mendatangkan permusuhan dan bencana, bukan seperti anggapan sebagian orang yang meyakini bahwa ketiga hal tersebut dapat membawa sial. Ini sesuai dengan riwayat lain yang disebutkan Hakim dalam al Mustadrak dari Sa’ad bin Abi Waqqash r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Tiga hal yang membuat bahagia: istri yang jika kamu lihat menyenangkanmu dan jika kamu tinggal kamu merasa tenang atas dirinya dan hartamu, hewan tunggangan yang berjalan cepat sehingga dapat membawamu menyusul para rekanmu dan rumah yang luas yang mempunyai banyak fasilitas Dan tiga hal yang termasuk kesusahan:istri yang jika kamu lihat maka ia menjengkelkanmu, suka menjelekkanmu dengan mulutnya dan jika kamu tinggalkan kamu tidak tenang atas dirinya dan hartamu, hewan tunggangan yang lambat, jika kamu pukul maka ia akan menurutimu tapi jika kamu biarkan maka ia tidak akan membawamu menyusul para sahabatmu dan rumah yang sempit yang tidak mempunyai banyak fasilitas”.
Adapun mendatangi para peramal dan dukun serta mempercayai bahwa mereka dapat mendatangkan kebaikan atau menolak kejahata, maka hal itu dilarang oleh syariat. Diriwayatkan dari Imranbin Hushain r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Tidaklah termasuk dalam golongan kami orang yang meramal atau diramal untuknya, orang yang melakukan perdukunan atau meminta perdukunan untuknya, atau orang yang menyihir atau orang yang meminta disihirkan untuknya. Barang siapa yang mendatangi dukun dan membenarkan apa yang ia katakana maka ia telah mengingkari apa yang titurunkan kepada Muhammad saw.”(HR. Bazzar dengan sanad hasan).
Rasulullah saw. juga menjelaskan bahwa mendatangi dan membenarkan para tukang ramal dan dukun dapat menghalangi diterimanya amal perbuatan seseorang. Beliau bersabda,
“barang siapa yang mendatangi seorang peramal lalu menanyakan sesuatu kepadanya dan membenarkannya maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh malam.”(HR. Muslim)
Wallahu subhanahu wa ta’ala a’lam
Disadur dari : www.dar-alifta.org/ViewFatwa.aspx?ID=267&text=wanita
*semoga bermanfaat ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar